Rabu, 27 Oktober 2021

Semua Akan Drakoran pada Waktunya... Apa Harus Begitu?

Dunia hiburan Korea itu seperti es ini menurutku, terlihat cerah, segar dan enak, tapi sungguh tak boleh terlalu banyak, tak boleh candu, apalagi buat yang punya sakit amandel :)

Baiklah, sekali-kali saya ingin menulis santai dan absurd^^

Beberapa saat yang lalu, ketika saya sedang bosan dan kesepian, akhirnya saya memberanikan diri masuk kedalam suatu cabang hiburan yang sebenarnya sangat saya hindari sebelumnya. 

Apakah itu?

Itu adalah......  Dunia drama Korea!!

Bukan, bukan karena apa-apa. Untuk kalian penikmat drama korea jangan merasa tersinggung atas ucapan saya.. Sama sekali saya tidak  bermaksud mengatakan "Jangan suka drama korea!" atau "Drama korea itu tidak bagus! dan lain lain...

Tapi... 

Saya memiliki sifat mudah kecanduan akan hal-hal yang menarik bagi saya. Jika sudah mengenal dan menyukainya, bisa menyebabkan saya berlebihan dalam mendalaminya. Okelah, beberapa bidang yang akhir-akhir ini saya gandrungi yaitu dunia Bulu tangkis, dunia kucing, tulis-menulis, dan selalu saya usahakan untuk kecanduan belajar agama saya lagi (belajar dan mendalami Islam sangat butuh upaya ekstra, karena saya masih sulit melawan hawa nafsu saya...tidak konsisten seperti ketika saya mencari penghiburan... Astaghfirullah.. Semangat!) Tapi apakah akan baik jika ditambah kecanduan drama korea? Jawabannya tentu tidak.

Karena itulah, sejak dulu saya berusaha tidak tertarik pada dunia drama korea.

Takutnya malah terjerumus sangat dalam.. dalam..

Tetapi..

Ternyata malah saya yang sengaja menceburkan diri. 

Istigfar...

Akhirnya saya mulai menonton drama korea lagi, terkena rayuan beberapa review dari media sosial, ditambah teman yang selalu setia di jalur ini. Dulu sekali pernah sih menonton drama sejenis di televisi, namun sekarang beralih ke aplikasi. 

Jadi Bagaimana akhirnya?

Apa mulai "Korea" pada waktunya?

Sejujurnya, awalnya iya.. bener-bener menjadi adiksi luar biasa..

Saya bisa tidur lebih dari tengah malam hanya untuk lanjut menonton Drama Korea (Jika kenal saya di real life akan tahu bahwa saya hanya bebas di malam hari). Akibatnya, saya tidak bisa bangun tidur dengan segar, dan tentu saja tidak bisa beraktifitas secara maksimal.

Istilahnya carut marut.

Tapi disisi lain, saya sangat penasaran dengan lanjutan cerita drama itu, dan pemeran-pemeran di Kdrama juga membuat saya kagum, mereka sungguh keren dan memiliki visual yang diatas rata-rata. Jika sudah kecanduan dan ingin tahu lebih jauh, saya bisa sampai searching kehidupan artis dan aktornya hingga di laman sosial media.

Itulah saya, jika sudah terkena virus kecanduan.

Walau begitu, saya belum pernah mengikuti Drama Korea yang kekinian ya. Apa itu Hometown Cha-cha-cha, Squid Game, Yumi's cell? saya hanya sekedar tau namanya. Selebihnya, hanya drama korea lawas yang saya selami.

Semua ini terjadi beberapa bulan kebelakang, di tahun ini tentunya. Tahun yang penuh drama karena pandemi, termasuk stres karena harus dirumah saja (sebenarnya, sebelum-sebelumnya juga saya pecinta rumah juga sih), dan wujud pengalihan atas beberapa beban pikiran yang membuat saya pusing.

Namun, akhirnya saya bisa move on juga...

Saya tidak lagi terlalu berlebihan kecanduan Drama Korea

Alhamdulillah.. 

Bagaimana caranya?

Tidak ada cara khusus, hanya saya tersadar bahwa terlalu kecanduan untuk menonton sangat menghabiskan waktu saya. Benar-benar seperti saya dikejar oleh deadline-deadline saya. kualitas hidup saya pun menurun. Ibadah makin sedikit, dan saya pun kena marah keluarga.

Dari sisi yang lain, lama kelamaan saya merasa bosan juga. Memang saya bukan pecinta drama menantang dan genre yang bermacam-macam. Saya hanya menyenangi drama yang ringan dan komedi romantis. Entah mengapa, di drama yang saya lihat, ketika saya menginjak episode 10 keatas, mulai ada kebosanan dan inginnya langsung ending. Hahaha!

Satu lagi yang juga penting! banyak adegan di drama Korea yang harus saya skip. Tolonglah... ternyata banyak adegan dewasa di drama korea dengan batasan umur 16+. Bedanya dengan apa yang biasa kita lihat di televisi, di aplikasi tidak ada sensor, menjadikan adegan-adegan itu sungguh terpampang nyata. Apa jadinya dengan generasi muda kita yang makanan sehari-harinya per-dramaan? pasti sudah kenyang dengan scene K*ss secara intense bahkan adegan lebih dari itu, apalagi di ceritanya mereka melakukan hal tersebut sebelum menikah. :(

Astaghfirullah...

Dunia semakin tua...

Eh tapi tidak semua drama Korea seperti itu ya... mungkin hanya drama genre romantis saja yang seperti itu. Untuk genre yang lain mungkin tidak seperti itu. Hanya kadang memang ada perbedaan budaya antara Indonesia dan Korea sehingga kita tidak bisa menyama ratakan.

Akhirnya saya pun menyadari jika saya tidak boleh ikut larut karenanya. Kini saya hanya melihat drama jika benar-benar sedang gabut. Itupun meneruskan drama yang belum saya selesaikan. Saya juga berusaha mengalihkan ke kegiatan positif yang lain, seperti menonton Badminton French Open minggu ini? hehe (apa itu kegiatan positif? iya melatih kesabaran) atau meneruskan hafalan surat pendek saya... (harusnya ini yang diutamakan).

Kalau kalian bagaimana? tentu saja saya tidak bisa melarang, namun juga tidak merekomendasikan. Yang penting kita melakukannya tidak berlebihan. 

Semoga kita semua dapat menjadi pribadi yang bisa mengambil pelajaran dari masa lalu dan menjadi lebih baik di masa depan... Aamiin..

Tetap semangat!!


NB: Kali ini saya mencoba membesarkan ukuran font di artikel ini, semoga bisa menjadi postingan yang lebih menarik daripada sebelumnya. makasih!

1 komentar:

Hai Sobat.. Jangan lupa memberi komentar ya...
terima kasih..